Links
Google
 

Wednesday, September 12, 2007

Instrumen Batak di Tengah Pentas Balet


Pementasan Namarina Youth Dance

Sejumlah penari balet dari Namarina beraksi di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta, Minggu (21/1) sore. Pentas tari balet ini merupakan bagian dari rangkaian acara untuk memperingatan 50 Tahun berdirinya Sanggar Balet Namarina.

Runtuh lagi anggapan sesat yang terkadang masih ada itu. Bertambah lagi bukti, dalam ranah seni, batas-batas wilayah yang dalam ranah politik sering menjadi sumber konflik, ternyata tidak berlaku. Perbedaan budaya dari berbagai wilayah di dunia, justru menjadi nilai tambah saat tampil bersama.

Adalah kelompok balet Namarima Youth Dance (NYD) yang menguatkan asumsi tersebut. Mereka memberikan bukti mengenai kesahihan rumusan tersebut saat menampilkan bagian terakhir koreografi Limapuluhtahun di Gedung Kesenian Jakarta, Minggu (21/1)

Koreografi karya Sussi Anddri itu sejatinya terdiri dari tiga bagian. The Beginning, The GrowthThe Future. Ketiganya muncul sambung menyambung dalam rangkaian pentas memperingati lima puluh tahun perjalanan kelompok balet terkenal di Indonesia, Namarina. dan

Hasapi, kecapi khas Batak, gondang, ini juga alat musik dari Tanah Batak terbukti bisa menyatu dalam pentas balet. Di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), keharmonisan antara nada suara alat-alat musik itu bukan sekedar menjadi pengiring kelenturan para pebalet.

Alat musik itu terbukti memperkaya keindahan gerak balet. Warna Batak memang baru muncul pada bagian The Future. Bagian pertama, menggambarkan awal perjalanan almarhum Nanny Lubis, pendiri Namarina. Setelah itu, masa pengembangan Namarina. Kedua bagian pentas balet yang menggambarkan kedua masa tersebut diiringi permainan piano Iravati M Sudiarso dan Aisha A Pletscher. Maka karya Johan Sebastian Bach pun yang terasa agung semakin memberi warna pebalet-pebalet yang tampil.

Kaya

Ulos Ragidup, kain khas Batak berkualitas tinggi dipajang juga tampak jelas di panggung. Di sebelahnya tampak gambar seorang ibu dengan kain penutup kepala khas Batak tengah menggendong anaknya.

Tata panggung dan cahaya yang digarap apik semakin menguatkan keinginan yang dicapai pada bagian The Future. The Future sebagai bagian akhir nomor Limapuluhan menggambarkan harapan Pimpinan dan Direktur Artistik Namarina, Maya Tamara tentang masa depan Namarina.

Maka di atas pentas, saat hasapi, gondang dan sitar elektrik melantunkan nomor berjudul Born, saat pebalet mendemonstrasikan keseimbangan dan kelenturan anggota tubuhnya, persoalan asal usul balet dan hasapi serta gondang sesaat terlupakan. Yang ada adalah tontonan mengasyikkan.

Irwansyah yang menyusun komposisi musiknya dari Gondang Pangharoanan, sebuah nomor yang di Tanah Batak dahulu sering dimainkan untuk menyambut kelahiran, berhasil memberikan ruh sakral pada penampilan balet malam itu.

Lebih unik lagi, di atas panggung, para pebalet bukan hanya mendemonstrasikan teknik-teknik balet yang sering terlihat dalam berbagai pertunjukan. Mereka juga bisa membawakan Tor Tor, tari adat Batak yang terkenal itu.

Pebalet itu menaikkan kedua tangannya lalu terlihatlah gerak jemari mereka yang tengah membawakan Tor Tor. Suara gondang, hasapi, sitar dan beragam perkusi lainnya terasa nikmat.

Beberapa menit sebelum The Future berakhir, beberapa pebalet muncul dari belakang dari samping tempat duduk penonton. Berjalan pelan sambil membawa lilin kecil. Mereka kemudian menyimpan lilin itu di bibir panggung. Jumlahnya lima puluh buah. Angka yang menunjukkan perjalanan Namarina sebagai kelompok orang yang ingin terus menjaga kesehatan dan kelenturan tubuhnya. Dan bisa menari dengan baik tentunya.

Pentas NYD sekaligus mengisyaratkan keberhasilan Maya Tamara dan kawan-kawannya melangkah lebih jauh setelah sibuk mengurus Namarina.

Riang

Sebelum Limapuluh tampil, penonton yang hampir sebagian besar adalah anak muda menikmati nomor-nomor balet kontemporer yang lebih riang. Pentas diawali dengan penampilan pebalet yang membawakan karya berjudul Venice Journey karya Dominique Genevois. Setelah itu, sejumlah pebalet remaja dengan mengenakan kostum pakaian sehari-hari yang mencerminkan keriangan remaja tampil penuh semangat.

Jangan salahkan penonton remaja yang kegirangan menyaksikan saat rekan-rekan mereka menari diiringi lagu I'am Alive yang muncul dari CD Celine Dion. Berbahagialah mereka yang bertubuh sehat dan mau menata tubuhnya untuk dunia seni gerak. Almarhum Nanny Lubis, pendiri Namarina pasti bahagia jika bisa menyaksikan generasi muda yang mengikuti jejaknya, menjadi pebalet yang baik. [Pembaruan/Aa Sudirman]

No comments: